Sunday, November 30, 2008

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN
Oleh:Kholil Misbach,Lc
Ibnu Khaldun mengatakan dalam muqaddimahnya pasal 25 bahwa hakikat kerajaan biasanya cendrung mengarah kepada kediktatoran. Biasanya raja dipilih berdasarkan kekuatan dan kemampuannya. Untuk itulah seorang raja biasanya diktator, otoriter dan memaksakan kehendak kepada para bawahannya. Seorang raja biasanya berbuat dzalim kepada orang yang dipimpinnya dan memberikan beban berat yang sulit dipikul para rakyatnya.
Untuk itulah diperlukan sebuah kepemimpinan yang ada aturan mainnya secara bijaksana sehingga tidak ada kudeta di dalamnya. Kalau secara logika saja perlu aturan main dalam berpolitik maka sungguh bijaksana Allah yang mengatur aturan berpolitik menurut agama guna mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Allah menciptakan manusia bukanlah untuk menikmati kehidupan dunia saja, kalau hanya dunia tujuan manusia maka ia akan berakhir setelah ia mati dan binasa, sedangkan Allah menciptakan manusia bukan untuk sia-sia. Allah berfirman artinya:”Apakah kalian mengira sesungguhnya kami menciptakan kalian sia-sia (Al Mukminun 23).
Maksud politik agama adalah agama yang mengatur akan kebahagian di akhirat mereka selain di dunia. Yaitu jalan Allah Yang bagi-Nya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. (As Syura 42).
Syariat Islam datang mengatur seluruh kehidupan manusia baik ibadah maupun muamalah, sampai dalam hal kekuasaan yang merupakan sebuah tabiat sosial manusia. Dengan adanya syariat dimaksudkan agar semuanya diatur dalam koridor ketentuan Allah.
Bukannya kediktatoran, otoritas dan kedzaliman yang dikedepankan, kerena semua itu tercela dalam kebijaksanaan politik. Semua yang menuju perbuatan tercela maka tercelalah karenanya.
Allah SWT berfirman: Dan Barangsiapa Allah tidak menjadikannya nur maka ia tidak akan mempunyai Nur. (QS:24:40)
Hal itu karena Allah Maha Tahu akan kemashlahatan hamba-hamba-Nya baik di dunia maupun di Akhirat, semua perbuatan manusia akan kembali ke sana baik berupa kekuasaan maupun yang lainnya.
Adapun kebijaksanaan politik praktis hanya bertujuan untuk kepentingan dunia saja, sedangkan kebijaksanaan Allah untuk kepentingan dunia dan akhirat, untuk itulah yang kekuasaan dalam Islam dipegang oleh para nabi dan para penerusnya (khalifah).
Menurut saya: Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun, jadi seorang penguasa harus memiliki dua fungsi yaitu menjaga dunia (Harasatu ad dunya) dan menjaga agama (harasatu ad din). Jadi orang yang paling pantas jadi pemimpin hakikatnya adalah para nabi dan para ulama yang paling dekat dengan perilaku nabi saw. Para ulama inilah yang paling patut untuk dicontoh dan menjadi panutan.Tapi anehnya biasanya para alim ulama gak punya uang untuk calon menjadi pemimpin, mereka biasanya berasal dari kalangan kaum miskin yang untuk kehidupan sehari-hari saja sudah kewalahan. Yach saya Cuma berharap pemimpin bangsa masa depan adalah orang yang terbaik di Indonesia, orang yang terbaik ini tercermin dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Wallahu A’lam

No comments: