Sunday, November 30, 2008

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN

KHILAFAH DAN KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN
Oleh:Kholil Misbach,Lc
Ibnu Khaldun mengatakan dalam muqaddimahnya pasal 25 bahwa hakikat kerajaan biasanya cendrung mengarah kepada kediktatoran. Biasanya raja dipilih berdasarkan kekuatan dan kemampuannya. Untuk itulah seorang raja biasanya diktator, otoriter dan memaksakan kehendak kepada para bawahannya. Seorang raja biasanya berbuat dzalim kepada orang yang dipimpinnya dan memberikan beban berat yang sulit dipikul para rakyatnya.
Untuk itulah diperlukan sebuah kepemimpinan yang ada aturan mainnya secara bijaksana sehingga tidak ada kudeta di dalamnya. Kalau secara logika saja perlu aturan main dalam berpolitik maka sungguh bijaksana Allah yang mengatur aturan berpolitik menurut agama guna mengatur kehidupan dunia dan akhirat. Allah menciptakan manusia bukanlah untuk menikmati kehidupan dunia saja, kalau hanya dunia tujuan manusia maka ia akan berakhir setelah ia mati dan binasa, sedangkan Allah menciptakan manusia bukan untuk sia-sia. Allah berfirman artinya:”Apakah kalian mengira sesungguhnya kami menciptakan kalian sia-sia (Al Mukminun 23).
Maksud politik agama adalah agama yang mengatur akan kebahagian di akhirat mereka selain di dunia. Yaitu jalan Allah Yang bagi-Nya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. (As Syura 42).
Syariat Islam datang mengatur seluruh kehidupan manusia baik ibadah maupun muamalah, sampai dalam hal kekuasaan yang merupakan sebuah tabiat sosial manusia. Dengan adanya syariat dimaksudkan agar semuanya diatur dalam koridor ketentuan Allah.
Bukannya kediktatoran, otoritas dan kedzaliman yang dikedepankan, kerena semua itu tercela dalam kebijaksanaan politik. Semua yang menuju perbuatan tercela maka tercelalah karenanya.
Allah SWT berfirman: Dan Barangsiapa Allah tidak menjadikannya nur maka ia tidak akan mempunyai Nur. (QS:24:40)
Hal itu karena Allah Maha Tahu akan kemashlahatan hamba-hamba-Nya baik di dunia maupun di Akhirat, semua perbuatan manusia akan kembali ke sana baik berupa kekuasaan maupun yang lainnya.
Adapun kebijaksanaan politik praktis hanya bertujuan untuk kepentingan dunia saja, sedangkan kebijaksanaan Allah untuk kepentingan dunia dan akhirat, untuk itulah yang kekuasaan dalam Islam dipegang oleh para nabi dan para penerusnya (khalifah).
Menurut saya: Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun, jadi seorang penguasa harus memiliki dua fungsi yaitu menjaga dunia (Harasatu ad dunya) dan menjaga agama (harasatu ad din). Jadi orang yang paling pantas jadi pemimpin hakikatnya adalah para nabi dan para ulama yang paling dekat dengan perilaku nabi saw. Para ulama inilah yang paling patut untuk dicontoh dan menjadi panutan.Tapi anehnya biasanya para alim ulama gak punya uang untuk calon menjadi pemimpin, mereka biasanya berasal dari kalangan kaum miskin yang untuk kehidupan sehari-hari saja sudah kewalahan. Yach saya Cuma berharap pemimpin bangsa masa depan adalah orang yang terbaik di Indonesia, orang yang terbaik ini tercermin dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Wallahu A’lam

Ibnu Hajar; Tokoh yang Bersahaja

<

Ibnu Hajar; Tokoh yang Bersahaja
dengan Jarh wa Ta`dîl-nya
Oleh: Abdullah Munif

Pendahuluan
Mempelajari seorang tokoh dalam sebuah disiplin ilmu memiliki nilai tersendiri, karena berkaitan langsung dengan keilmuan tersebut. Terutama ilmu hadits, dengan segala lika liku yang dilewati oleh seorang tokoh tentunya akan menjadi ibroh bagi kita. Betapa susahnya mereka mencari kebenaran yang hakiki, demi menjaga ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.. Mereka berusaha keras tanpa mengenal lelah kesana kemari hanya untuk mendengarkan sebuah hadits dari seorang ulama. Tidak berhenti disitu saja, mereka terus mengkaji dan mendalami sampai mereka benar-benar mampu menguasai disiplin ilmu tersebut.
Dengan demikian, perjalanan hidup seorang tokoh tak lepas dari yang namanya kitab dan sebuah buku tulis(nama sekarang), karena setelah membaca berbagai kitab yang ada, mereka langsung menuangkan ide-ide baru mereka dalam sebuah tulisan. Begitu juga yang ada dalam jiwa ulama hadits kita, Ibnu Hajar. Dengan ketekunan dan keuletannya, beliau mampu menelurkan karya-karya monumental dalam bidang hadits dan ilmu hadits. Bahkan dengan kepiawiannya beliau menjadi ulama tersohor di zamannya.

Biografi Ibnu Hajar al-Asqolany
Ulama yang bernama Ibnu Hajar ini mempunyai nama laqob Sihabuddin dan kunyah Abu al-Fadhl. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Asqolany. Beliau dilahirkan di Mesir pada tanggal 22 Sya`ban 773 H bertepatan dengan 1372 M. Kendatipun ia lahir dan tumbuh di Mesir, namun gelar yang menempel pada dirinya adalah Asqalan, suatu daerah di Palestina. Menurut catatan sejarah nenek moyang, beliau pindah dari Asqolan ke Mesir pada tahun 573 H, yaitu pada waktu kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi. Kepindahan atau lebih tepatnya eksodus warga Asqolan ini dikarenakan takut akan penyerbuan tentara salib. Lebih-lebih pemerintahan Asqalan pada waktu itu tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk menghadang serangan musuh yang nota bene sudah siap dengan peralatan yang jauh lebih canggih.
Dalam usianya yang masih belia, beliau telah menjadi yatim piatu. Semenjak itu, beliau diasuh oleh al-Khoirobi, saudagar kaya Mesir. Dalam asuhan al-Kharubi, Ibnu Hajar kecil dimasukkan pada kuttab (Sekolah al-Qur`an) di waktu umurnya masih lima tahun. Karena ketekunan dan memang mendapatkan anugerah kecerdasan di atas rata-rata, beliau mampu menghafal al-Qur'an pada waktu umur 9 tahun. Sehingga ada yang mengatakan dia menghafal surat Maryam dalam sehari. Dia juga menghafal banyak hadits. Pada tahun 786 H al-Kharubi meninggal ketika pergi bersama Ibnu Hajar ke Mekkah. Dan yang menjadi pengasuh berikutnya adalah Syamsuddin al-Qhatthan, guru Al-quran, fiqih, lughat dan hisab.
Nama Ibnu Hajar bisa diidentikkan dengan hadits. Dan memang ia sangat tertarik mempelajari ilmu hadits (disini penulis akan membahas jarh wa ta`dil saja). Seluruh waktunya dihabiskan untuk mempelajarinya. Lebih khusus lagi dalam majlis kedua gurunya (al-Bulqini dan Ibnu al-Mulqin). Beliau juga menjalin hubungan dengan pemerintah, sehingga beliau banyak mengetahui urusan politik dan kemasyarakatan. Dalam hal ini ia mengarang kitab “Inba' al Ghamr bi Abna' al-Umr” dan kitab “ad-Durar al-Kâminah fi 'Ayan al Mi'ah al Tsâminah”. Alim besar ini sempat juga mengajar di Madrasah al-Syaikhuniyyah di daerah Ibnu Thulun pada tahun 808 H atas perintah Sultan al-Faraj bin al-Barquq. Jabatan ini sangat prestise karena hanya bisa dipegang oleh ulama-ulama besar. Di samping mengajar di Madrasah yang prestise itu ia juga menjadi pengajar di al-Mahmudiyyah yang terkenal akan keindahannya. Setelah tiga tahun menjalani kehidupan mengajar di kedua tempat tersebut sang alim hadis ini pindah ke Madrasah al-Jamaluddin dengan gaji setiap bulannya 300 dirham. Di samping mengajar ia juga mempunyai wewenang dalam berfatwa juga punya jabatan dar al-'adl dan pimpinan penghulu (qodi) madzhab Syafi'i.
Ibnu Hajar termasuk ulama' yang produktif menulis. Karangannya mencapai 150 buah dan masterpiece-nya ialah “Fath al-Bâri fi al-Syarh al-Bukhori”. Buku karangan Ibnu Hajar sangat beragam, mulai dari sejarah, filsafat sampai adab. Dalam kitab “al-Tarajim” ia mampu menuturkan semua tokoh yang mempunyai keutamaan, tidak seorangpun yang terlewatkan dalam bukunya yang cukup popular ini.

Pandangan Ibnu Hajar dalam al-Jarh wa al-Ta`dîl
Ilmu al-Jarh wa al-Ta‘dîl muncul bersamaan dengan munculnya periwayatan di dalam Islam. Karena mengetahui khabar-khabar (riwayat-riwayat) harus lewat para perawinya. Pengetahuan itu dapat memungkinkan seorang ulama untuk ‘menghukumi’, apakah mereka jujur atau berdusta. Sehingga, mereka mampu untuk membedakan riwayat yang dapat diterima (al-maqbûl) dari yang tertolak (al-mardûd). Oleh karena itu, mereka mempertanyakan tentang para perawi, melihat dengan cermat seluruh sisi hidup mereka dan membahasnya – secara kritis – sampai mereka tahu siapa yang paling baik hafalannya (ahfazh) dan paling lama mujâlasah (pergaulan dalam menuntut hadits)nya dari yang paling pendek.
Para perawi yang meriwayatkan hadits bukanlah semuanya dalam satu derajat dalam segi keadilannya dan hafalan mereka. Diantara mereka ada yang hafalannya sempurna, ada yang kurang sempurna, ada pula yang sering lupa serta ada yang berdusta dalam hadits. Maka Allah membuka perbuatannya ini melalui para ulama` yang sempurna pengetahuannya. Oleh karena itu, para ulama` menetapkan tingkatan Jarh wa Ta`dîl, dan lafad yang menunjukkan pada setiap tingkatan, masing-masing ada enam tingkatan, seperti yang ada dalam kitab "Nuzhatun Nadhor" karangan Ibnu Hajar.
Dalam masalah mana yang didahulukan antara Jarh wa Ta`dîl, Ibnu Hajar memilih jika antara Jarh dan Ta`dil ada pertentangan, maka Jarh yang didahulukan, seperti yang disepakati oleh para ulama`. Tapi itu tidak menafikan bahwa pertentangan tersebut harus diselesaikan dengan ada yang paling diunggulkan.
Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab "Lisânul Mîzan" bahwasanya, ketika para ulama menemukan perbedaan dalam men-jarh wa ta`dil seseorang maka yang benar adalah tafsîl. Apabila dalam men-jarh seseorang tersebut dengan mentafsirinya secara detail maka diterima. Sebaliknya, apabila tidak bisa dengan jarh maka dengan cara ta`dîl. Adapun orang yang tidak diketahui atau bahkan tidak dikenal kecuali dari perkataan imam hadits bahwasanya itu do`îf, matrûk dan lain sebagainya, maka perkataan itu dikembalikan kepada para imam, dan kita tidak perlu menafsirinya. Artinya, jarh tidak diterima kecuali ada yang menafsirkan bagi orang yang dipertanyakan tsiqoh-nya.
Begitu pentingnya jarh wa ta`dîl membuat para ulama menelurkan karya-karya mereka. Ini terbukti dengan berkembangnya jarh wa ta`dîl pada abad ketiga dan keempat hijriah. Komentar mengenai para tokoh secara jarh wa ta`dîl sudah dikumpulkan. Permulaan penyusunan dalam ilmu ini dinisbatkan kepada Yahya bin Ma`in dan Ahmad bin Hanbal. Setelah generasi tersebut, banyak dari karya-karya ulama yang tetap memasukkan perkataan para generasi awal.
Diantara karya-karya mereka yang sampai kepada kita:
1. Kitab Ma’rifatur-Rijâl, karya Yahya bin Ma’in (wafat tahun 233 H), terdapat sebagian darinya berupa manuskrip.
2. Kitab Adl-Dlu’afâ’ wal-Matrukîn, karya Imam Shmad bin Ali An-Nasa’I (wafat tahun 303 H), telah dicetak di India bersama kitab Adl-Dlu’afâ’ karya Imam Bukhari.
3. Kitab Rijâl al-Bukhari wa Muslim, karya Abu Abdillah Al-hakim An-Naisabury (wafat tahun 404 H); telah dicetak.
4. Kitab Tahdzîbut-Tahdzîb, karya Al-hafidh Ibnu Hajar Al-‘Atsqalani (wafat tahun 852 H), yang merupakan ringkasan dan perbaikan dari Tahdzîbul-Kamâl karya Al-Hafidh Al-Mizzi; dan dia adalah kitab yang paling menonjol yang dicetak secara terus-menerus. Di dalamnya Ibnu hajar telah meringkas hal-hal yang perlu diringkas, dan menambah hal-hal yang terlewatkan di kitab asli, dan kitab Kitab Tahdzîbut-Tahdzîb adalah kitab paling baik dan paling detil.
5. Kitab Taqrîbut-Tahdzîb, karya Ibnu Hajar juga.
6. Kitab Lisânul-Mîzân, karya Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani.

Penutup
Sebagai penutup, penulis menyimpulkan beberapa poin penting menyangkut jarh wa ta`dîl. Pertama, sanad merupakan karakteristik umat Islam, yang tidak ada di dalam umat-umat yang lain, seperti Yahudi dan Kristen. Maka wajar jika sanad dianggap sebagai “agama” itu sendiri. Kedua, tradisi sanad telah dibudayakan sejak zaman sahabat, dan dilanjutkan hingga hari ini. Dengan demikian, orisinalitas hadits Nabi saw. dapat dipertanggungjawabkan hingga hari kiamat. Keempat, al-jarh wa al-ta‘dîl merupakan usaha yang sangat ilmiah dan kritis dalam menilai pribadi seorang perawi. Oleh karena itu, para ulama` sangat hati-hati dalam membuat frame penilaian dan kritik. Wallâhu a`lam []


span class=”fullpost”>

Monday, November 24, 2008

BAHAYA BERPALING DARI WAHYU


BAHAYA BERPALING DARI WAHYU
Oleh: Kholil Misbach, Lc
Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan kitab ini (al Qur`an) beberapa kaum dan merendahkan beberapa kaum lagi dengan-Nya.
(Hadits Riwayat Bukhari dari Utsman bin Affan).
Memang benar, Al Qur`an sudah mengangkat Abu Bakar, Umar, dsb yang dulunya adalah bangsa yang suka berperang antar suku, mereka dulunya orang-orang yang tidak ada namanya dalam sejarah. Namun tiba-tiba mereka bisa ditakuti oleh Persia dan Romawi, bahkan mereka menjadi penakluk kekuasaan Persia dan beberapa daerah yang dulunya dikuasai Romawi. Tidak ada yang mengangkat derajat mereka ini kecuali dengan al Qur`an.
Sebaliknya siapapun yang menentang Wahyu al Qur`an ini mereka akan menjadi terhina dan terlaknat. Mana kekayaan Abu Jahal, Abu lahab, Rustum, dsb. Mereka dilaknat oleh umat ini walaupun dulunya mereka kaya.
Allah SWT berfirman:
ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى (طه 124)
Artinya:” Dan sesiapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjukKu, maka sesungguhnya adalah baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Dalam ayat sebelumnya Allah menjelaskan: “ kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa yang mengikut petunjukKu itu nescaya ia tidak akan sesat dan ia pula tidak akan menderita azab sengsara. (Thaha 123).
Maha Benar Allah, memang, manusia apabila mengikuti petunjuk Allah tidak akan tersesat jalannya baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana ia mungkin tersesat karena ia mengikuti jalan yang paling lurus dan paling benar, yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat Allah dari golongan para nabi, orang-orang jujur, para syuhadak dan para orang-orang shaleh. Bukannya jalan orang-orang yang dimurkai Allah seperti orang-orang Yahudi yang mengetahui kebenaran akan tetapi menentangnya, berilmu tetapi menyesatkan dan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murahan. Bukan pula jalan orang-orang yang tersesat seperti kaum Nasrani yang tidak mengetahui kebenaran.
Sungguh manusia dalam hidupnya adalah seperti hakim, ada tiga jenis hakim yang hanya satu hakim saja yang akan selamat. Ada hakim yang mengetahui kebenaran akan tetapi ia tidak menghukumi dengan kebenaran tersebut maka ia akan masuk neraka. Ada juga hakim yang tidak mengetahui kebenaran dan menghukumi dengan kebodohannya maka iapun akan masuk neraka dan ada hakim yang mengetahui kebenaran dan ia menghukumi kebenaran maka ialah yang akan masuk surge.
Begitu juga manusia barang siapa bodoh atau tidak mengamalkan kebenaran yang ia ketahui maka ia akan celaka dan sebaliknya barang siapa mencari kebenaran lalu menghukumi kebenaran itu maka niscaya ialah yang akan selamat di dunia dan di akhirat.
Untuk itulah kita mesti mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh. Janganlah mengatakan segala sesuatu yang belum diketahui benar kebenarannya. Sesungguhnya telinga, mata dan seluruh anggota badan akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah Sang Pencipta.
Allah SWT berfirman:
Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. (al Isra` 36)
Ayat ini menyatakan agar seorang muslim membisukan dirinya kecuali untuk kebaikan, janganlah ia membawa perkataan orang-orang tanpa difilter terlebih dahulu dan dicari siapa perawinya, sebelum dipertimbangkan baik dan tidaknya. Termasuk dalam perkataan ini adalah tulisan karena tulisan juga merupakan bahasa dan ungkapan hati seseorang.
Jika anda sudah mampu mengendalikan diri anda dan menggunakan seoptimal mungkin diri anda dalam kebaikan niscaya anda akan menjadi orang terbaik di lingkungan anda tanpa anda memintanya. Wallahu A’lam.

BACA JUGA
ISLAM DAN KEHIDUPAN

Monday, October 20, 2008

Upaya pencegahan HIV/AIDS Gagal

sungguh ironis bangsa Indonesia. umat Islam terbesar di dunia tetapi banyak sekali orang mengidap penyakit AIDS yang diakibatkan oleh free sex, kita simak artikel republika berikut.

Upaya Pencegahan HIV/AIDS Gagal

JAKARTA (Republika 14 oktober 2008) — Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Nafsiah Mboi, mengatakan, upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia telah gagal. Kegagalan itu menurutnya terjadi pada pencegahan lewat seks karena, perilaku berisiko tinggi masih saja tetap sama.


"Upaya pencegahan kita'sudah gagal karena terbukti perilaku seksual ma-syarakat kita masih saja menghindari kondom. Itu sebabnya prevalensi HIV terus naik," kata Nafsiah Mboi dalam peluncuran 'Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2007' di Jakarta, Senin (13/10).


"Kita harus akui bahwa kita telah gagal mencegah laju prevalensi HIV, tapi kita bisa perbaiki itu," kata Nafsiah lagi.

Nafsiah memaparkan, berdasarkan perkiraan Departemen Kesehatan, pada tahun 2002, jumlah pengidap HIV di In¬donesia sebanyak 110 ribu orang. Lalu, di tahun 2006, naik menjadi 193 ribu orang. Tahun 2007-2008, angka itu di-taksir naik hingga 270 orang atau seki-tar 0,16 persen dari populasi nasional.


Menurut Nafsiah Mboi, bila pence¬gahan pertumbuhan angka pengidap HIV gagal, biaya penyembuhan tentu-nya akan membengkak, "Tahun 2008 saja, pemerintah menganggarkan se-kitar 70 miliar rupi-ah untuk pengidap HIV."

Nafsiah juga menuturkan bahwa pro¬gram penanggulangan HIV/AIDS harus bisa mengubah norma yang berlaku umum di masyarakat tentang bagai-mana lelaki jantan' itu. "Lelaki. jantan seharusnya bisa menjaga kesehatan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya," tutur Naf¬siah Mboi.

Selain perubahan norma, Nafsiah juga mendesak agar program-program penanggulangan HIV/AIDS menguta-makan pendekatan kepada generasi muda. "Ini karena fakta di lapangan menun-jukkan bahwa 38 persen lelaki penyuka lelaki adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Waria juga fnemiliki 30 persen yang berusia 15 hingga 24 ta¬hun. Presentase yang sama juga terjadi bagi pengguna napza (narkotika, psi-kotropika, dan zat aditif) suntik atau yang disingkat menjadi penasun," paparnya.

Menurutnya, kini harus betul-betul ada kesepakatan bahwa pencegahan. HIV/AIDS dari generasi muda oleh generasi muda dan untuk generasi muda haruslah digalakkan. a ant

Catatan :

1. Pengidap HIV/AIDS paling banyak di Bali dan Papua, provinsi yang menyatakan akan melepaskan diri dari NKRI jika UU Pornografi diberlakukan.

2. Para pendukung dan pelaku pornografi dan pornoaksi selalu menyalahkan pihak 'lelaki jantan' karena tergugah nafsunya melihat pornografi dan pornoaksi yang sengaja mereka eksploitir untuk membangkitkan gairah mereka.

3. Sebuah pertanyaan : Mengapa para pendukung RUU Pornografi cenderung mengalah pada tekanan mereka yang menolak RUU tersebut ?

4. Mengapa Nafsiah Mboi tidak secara jelas bahwa kegagalan pencegahan HIV/AIDS karena kekuatan yang merusak dan pemerintah tidak mampu melindungi rakyatnya dari kekuatan perusak itu? Ia hanya menyalahkan 'lelaki jantan' yang dirusak oleh informasi porno tanpa dapat memberikan jalan keluar.

5. Menurut saya, HIV/AIDS adalah penyakit hukuman dari Allah SWT meskipun terkadang yang terkena adalah mereka kaum istri yang baik atau anak-anak kecil yang tidak berdosa namun harus menanggung derita karena perbuatan para 'lelaki jantan.' dan para pengumbar pornoaksi dan pornografi.

Wednesday, May 28, 2008

MUKMIN SEJATI
oleh: Kholil Misbach, Lc

Orang mukmin sejati adalah orang yang beriman kepada rukun iman dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. orang mukmin akan selalu berdoa meminta tambahan ilmu, lalu ilmu yang ia peroleh ia gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. semakin ia berilmu semakin baik perilakunya dan semakin mulia budi-pekertinya. 

Ia selalu belajar sejarah untuk mengetahui sebab-sebab kejayaan dan keruntuhan suatu bangsa, ia ambil sebab-sebab kejayaan dan ia tinggalkan sebab-sebab keruntuhan tersebut untuk ia praktekkan dalam kehidupan sehari. Dalam bidang ekonomi, ia memilih cara-cara halal untuk mendapatkan harta lalu ia infakkan harta tersebut dalam keridloaan Allah.

ia juga berpolitik dengan etika yang tinggi, ia gunakan segala jabatan demi keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan kemuliaan rakyat.

itulah gaya hidup seorang mukmin, ia jujur, memelihara diri dari kecemaran, takut akan Allah, mengikuti segala kebenaran. Ia yakin bahwa Allahlah pengatur dan penguasa jagat raya ini, tiada kesombongan sedikitpun di hatinya bahkan ia selalu rendah diri kepada sesama.

coba perhatikan orang seperti ini! Dibersihkan kalbunya dari segala sangkaan jelek, dibersihkan pikirannya dari angan-angan kotor, dipejamkan matanya dari segala pandangan liar. ditulikannya telinganya dari mendengar suara-suara dosa. Lidahnya ia pelihara dari berkata tiada guna dan berlawanan dari kebenaran. Ia memilih mati daripada mengisi perutnya dengan makanan-makanan yang haram. Ia tidak berbuat dzalim kepada dirinya juga kepada orang lain, ia jaga tangannya dari menyakiti orang lain. semua badannya ia tahan dari perbuatan jahat dan digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat manusia sekitarnya. Ia tidak mau tunduk sedikitpun kepada kebatilan meskipun badannya di siksa dan tubuhnya diiris-iris. baginya penjara lebih indah daripada istana, ia anggap tali gantungan laksana lambaian bidadari.

Yang paling ia muliakan adalah hak, berkata benar dan berlaku jujur dan yang paling ia murkai adalah kezaliman, dusta dan khianat. Ia tidak sudi mempunyai sifat-sifat buruk ini.

Orang seperti ini adalah orang yang berjaya mencapai kemenangan dan kemuliaan di dunia, ia menjadi orang yang paling berani karena yang ia takuti hanya Allah SWT. Tidak ada orang yang lebih kaya dari dirinya karena ia bukanlah pengejar dunia dan bukan pengawal dindingnya, iapun bukanlah tipe orang yang memperturutkan hawa nafsu.

Ia akan dicintai Allah dan makhluk-Nya karena ia tunaikan hak-hak Allah dan mereka secara sempurna, tidak ia kurangi sedikitpun. Ia tidak berbuat jahat kepada seorangpun. ia selalu menginginkan kebesaran dirinya dan sesamanya, bahkan ia berusaha membahagiaakan mereka.

Ia akan menjadi orang yang paling dipercaya karena kejujurannya, tidak ada janji yang ia selisihi. Jika anda melihat akhlak dan perilaku orang mukmin seperti ini maka mustahil ia hidup terhina di dunia, kepalanya selalu tegak karena sifat dan perilaku seperti di atas tidak akan mampu dikalahkan oleh kekuatan paksaan di dunia.

ini adalah pengalaman hidupnya selagi di dunia sedangkan di akhirat, Allah akan memberikan rahmat dan keridloan baginya, dimasukkan ia kedalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Untuknya disediakan segala pemuas nafsunya. Semua itu adalah balasan atas perbuatannya menjalankan amanah Allah dan atas kesabarannya dalam menghadapi ujian yang ia tempuh di dunia. Wallahu A'lam

Tuesday, May 6, 2008

Berterima kasihlah suami
Hubungan suami istri adalah sangat unik. Di satu pihak ada seseorang yang mendambakan untuk memiliki seorang istri di lain pihak pernikahan hanya menyebabkan kebebasan seseorang menjadi terbatas, terkekang dan menjadi neraka (dalam tanda petik). Tulisan ini dibuat untuk para suami tentang para isteri. Dari seorang suami.
Persiapan awal
Wahai para suami, ketahuilah bahwa istri-istrimu sudah mempersiapkan diri sejak lama untuk menjadi pendampingmu. Mereka telah belajar menjadi ibu yang baik dari semenjak balita (fitrah). Mereka menyukai boneka, membayangkan dan belajar mengasuh bayi seperti ibu mereka yang mengasuh mereka. Mereka belajar kebersihan rumah belajar memasak, belajar segalanya, hanya demi hari ketika engkau menyuntingnya sebagai istri. Mereka belajar memasak agar engkau suka dengan masakannya dan menghemat kewajiban pengeluaranmu. Mereka menjaga diri dan hijabnya (meski dengan resiko dicemooh dan dikucilkan) semua dipersembahkan saat engkau menjadi suaminya. Tak seorangpun dia perbolehkan menyentuh, bahkan melihat kecuali suaminya kelak. Meski engkau tergolong nakal. Tetapi mereka tidak. Merekalah yang menyebabkan dunia dan agama ini tetap tegak. Tanpa keteguhan mereka menjaga diri maka kehancuran generasi sekarang dan mendatang tak dapat dihindari (cobalah berpikir sejenak...).
Mereka belajar berdandan untuk menyenangkanmu. Mereka belajar perilaku agar dapat cepat menyesuaikan diri dengan mu. Mereka belajar pengetahuan agar nyambung bila kau ajak ngobrol. Mereka mempelajari kehidupan dan jalan-jalan yang terbentang, agar dapat menjadi penasehatmu serta pembimbing anak-anakmu. Mereka belajar kesabaran dan ketabahan agar menjadi pelipurmu di saat engkau capek dan suntuk. Mempelajari perawatan diri agar engkau terpuaskan di rumah. Mereka menyukai dan belajar segala keindahan dan kesenian agar engkau tidak merasa bosan dan tersanjung. Sebelum bertemu engkau mereka telah melakukan banyak hal, semestinya engkau hargai mereka. Setiap bulan mereka diajarkan kesabaran luar biasa mengenai kesakitan, yang engkau tidak akan sanggup menanggungnya. Hal ini sebagai persiapan menghadapi kesakitan saat melahirkan anak-anakmu yang sakitnya antara hidup dan mati. Wahai para suami, kenalilah pengorbanan istrimu, bahkan sebelum engkau mengenal mereka. Bahkan mereka telah menerima ejekan tentang olokan sebaya mereka karena pilihan mereka. Mereka siap dikatakan kolot, ketinggalan jaman, jaman emansipasi, tak tahu dunia, dst. Demi untuk dirimu saat ini.
Meninggalkan pengayom pasti
Bahkan ketika menyunting mereka, mereka siap untuk hidup dengan orang yang sama sekali tidak mereka kenal. Bahkan saat berkenalan mereka tahu bahwa engkau memakai seribu topeng agar mereka tak melihat kebusukanmu. Saat engkau meminta hidup bersamamu mereka tahu bahwa mereka hidup dengan orang yang asing. Mereka tak tahu sifat aslimu yang suka marah, suka menyepelekan, suka ngambek, bahkan sesekali suka memukul. Tetapi mereka siap untuk itu semua demi dirimu. Mereka meninggalkan orang tua mereka yang merupakan sumber kasih sayang semenjak bayi, demi orang yang mungkin tidak menyayangi sepenuh hati, kadang hanya demi pemuas saja. Mereka meninggalkan pengayom pasti menuju seseorang yang mungkin akan selalu menyakitkan hati mereka. Mereka meninggalkan sahabat-sahabat karib mereka, teman curahan hati, teman berbagi yang sudah teruji. Mereka harus meninggalkan belahan hati, saudara-saudari mereka yang selalu melindungi dan mendukung mereka. Bahkan mereka harus meninggalkan orang tua mereka yang tidak dapat digambarkan lagi pengorbanannya, seakan-akan tuhan bagi anak-anaknya. Semua itu dilakukan demi dirimu. Yang di saat berkenalan bersifat munafik. Demi engkau yang selalu mengeluhkan perilakunya di depan teman-temanmu. Demi engkau yang selalu menggunjing masakan dan dandanannya di depan saudaramu. Demi engkau yang terkadang mengabaikan mereka dan marah-marah tanpa sebab jelas. Demi engkau yang selalu menyakiti mereka. Demi engkau yang selalu memotong uang belanja mereka. Demi engkau yang tingkahnya kayak anak kecil tak tahu terima kasih. Demi engkau yang selalu menghamburkan harta untuk tujuan tak jelas, sementara di rumah kekurangan. Demi engkau yang tidak tahu berterima kasih.
Bersiap dengan resiko
Alih alih engkau menghargai pengorbanan mereka. Engkau malah menghinakan mereka. Tak tahukah engkau? Ketika mereka menyatakan bersedia menikah denganmu, sebenarnya mereka tahu dan bersiap meninggalkan surganya menuju sarang serigala (seperti mu). Mereka sudah siap ketika harus engkau caci maki setiap hari karena kekesalan yang kau bawa dari tempat kerja. Mereka sudah siap menjadi bola yang selalu engkau tendang kesana kemari. Mereka sudah siap menuruti segala kemauan anehmu. Siap menahan lapar disaat engkau berpesta dengan teman mu. Siap menjadi pekerja yang bahkan tidak pernah engkau bayar untuk itu. Mereka siap melayanimu seakan engkau adalah rajanya, bahkan engkau malah mengaku sebagai tuhannya. Mereka siap menderita jika engkau tidak mampu memberi nafkah. Mereka siap membesarkan anak-anakmu yang mungkin engkau akan tinggalkan. Bahkan mereka siap menahan kesakitan-kesakitan yang sudah mereka dengar dan saksikan dari orang tua dan kerabat mereka. Kesakitan saat engkau menyentuh mereka. Kesakitan saat mengandung anakmu. Kesakitan saat melahirkan anak-anakmu. Bahkan kesakitan tak berujung, kesakitan hati karena kekecewaan atas mu dari janji-janji kosong yang pernah engkau ucapkan.
Sungguh mereka tidak mengenalmu dengan sesunggunya, tetapi mereka mengambil resiko dengan menerima pinanganmu, hanya demi dirimu...
Menahan ego pribadi
Tahukah engkau bahwa setiap manusia mempunyai perasaan, pemikiran dan keinginan yang berbeda-beda. Dan seperti biasa engkau tidak merasa mereka adalah seperti dirimu. Engkau hanya memikirkan dirimu sendiri, membentuk keluarga sesuai dengan keinginanmu, tujuan hidupmu, cita rasa hatimu sendiri. Engkau paksa istri mu menuruti keinginanmu. Engkau hanguskan keinginan mereka. Engkau pendam cita-cita mereka. Engkau pupus harapan mereka dengan berbagai dalih dan argumen. Yang kadang kala engkau malah menjerumuskan mereka dengan cita-cita konyolmu. Selama ini mereka banyak mengalah demi dirimu. Mereka tidak meminta pakaian, meski engkau selalu berganti-ganti. Mereka tak pernah memegang uang kecuali untuk kepentingan seluruh keluarga, sementara engkau memiliki uang saku pribadi yang seandainya mereka tahu engkau marahi. Mereka selalu mengorbankan keinginan pribadi, demi kepuasan seluruh anggota keluarga, mengatur makanan mereka, pakaian, snack, dll. Tak pernah mereka gunakan uang belanja yang engkau berikan untuk kepentingan diri mereka sendiri. Sudah mati rasa ego pada diri mereka. Mereka sudah berhasil menundukkan diri mereka sendiri demi kepentingan keluarga. Bandingkan dengan dirimu.......
Meninggalkan idealisme diri
Wahai para perusak moral. Engkau telah menjauhkan isterimu dari jalan yang sudah baik yang mereka lakukan. Engkau mengatakan hal tersebut sebagai kampungan, orang tak mengerti, kolot, tak mengikuti perkembangan jaman, dsb. Tiap hari kau caci perilaku baik mereka. Tiap hari kau cemooh tindak tanduk mereka sebagai hal yang bodoh. Maka demi dirimu yang bodoh mereka akhirnya menyesuaikan diri. Mereka merubah pribadi mereka menjadi sesuai keinginanmu yang bodoh. Mereka bahkan sampai rela harus menjual akhirat mereka demi menuruti keinginanmu. Kau rusak kemanusiaan mereka. Kau buang sampai ke lembah kebinatangan. Kau hancurkan keindahan yang sudah mereka rajut semenjak kecil. Kecelakaan apa yang engkau timpakan kepada mereka. Engkau binatang yang berujud manusia. Janganlah engkau mengajak mereka menuju kebinatangan seperti dirimu. Jika diingatkan engkau malah marah-marah tak karuan. Kau merasa dirimulah yang paling benar, pengetahuanmu yang paling luas, tujuanmu yang paling realistis, angan-anganmu yang membawa kebahagiaan, dan metodemu yang paling mutakhir.
Manusia memang memiliki kemampuan untuk menjadi seperti apa. Dan hal itulah yang akan dipertanggung jawabkan di kemudian hari. Jika engkau merasa tidak ada hari perhitungan dan hari pembalasan, maka itu urusanmu. Jika engkau belum mendapatkan logika/sandaran akal mengenai kepastian akan datangnya hari perhitungan, maka itu juga menjadi pekerjaan rumahmu sendiri. Jika engkau belum berhasil menemukan tujuan diciptakan hidup dan kehidupan, maka itu adalah masalahmu. Tapi semua itu tidak menafikan adanya hari pembalasan, dikarenakan engkau belum berhasil membuktikannya. Alih-alih engkau terus berusaha mencarinya, engkau malah meyakininya sebagai tidak ada, palsu, semu dan nisbi. Engkau malah mengajak isterimu menuju kehancuran. Engkau mengajak mereka melangkah mundur. Mereka yang sudah mengetahui jati diri mereka engkau ajak kepada kekosongan yang engkau tawarakan. Ke tak bertujuan hidup yang engkau banggakan. Menuju kesenangan yang menjerumuskan yang engkau anggap sebagai tujuan. Betapa bodohnya engkau. Engkau yang bodoh mengajak mereka menuju kebodohan. Betapa kecelakaan diatas kecelakaan yang akan menimpamu. Engkau harus menanggung akibat kebodohanmu serta orang-orang yang engkau ajak menuju kebodohan. Pikirkanlah wahai para suami.........
Siap tidak capek
Seorang istri adalah pribadi yang sangat kuat. Dengan ketekunannya bahkan dia akan sanggup memindahkan gunung sedikit demi sedikit. Tidak kah engkau bayangkan betapa repot dan capeknya mereka. Sebelum engkau bangun, dia sudah rapi dan manis demi engkau agar engkau merasa senang. Dia sudah menyiapkan segala kebutuhan mu ketika baru bangun tidur. Handuk, kemeja, pakaian bersih sudah tersedia. Sarapan pagi pun sudah tersedia ketika engkau masih terlena dalam tidurmu. Anak-anakmu pun sudah dia buat wangi dan rapi ketika engkau masih nyeyak dalam lelapmu. Segala perlengkapan kantor mu sudah rapi dan bersih, seakan tak pernah dipakai. Sepatu, kaos kaki, tas, kemeja, dasi, celana, dll. Tak tahukah engkau siapa yang menyiapkannya. Ketika engkau berangkat meninggalkan rumah, engkau masih bisa istirahat sejenak di dalam kendaraan, tidur, sambil menunggu ke tempat kerja. Mendengarkan musik lewat HP atau bermain game melepaskan penat adalah salah satu kebiasaanmu. Sementara isteri mu, sesaat setelah engkau berangkat dia harus menyingsingkan baju. Membersihkan rumah agar selalu dalam keadaan bersih dan rapi serta sehat. Membersihkan dan mencuci pakain-pakaian seluruh anggota keluarga. Membeli segala kebutuhan masak dan makananmu. Memasak dengan anggaran yang engkau batasi, tetapi engkau menuntut selalu enak dan berganti-ganti menu. Mengurus segala keperluan anak-anakmu. Mendidik mereka, mengasuh mereka, mengawasi si kecil yang masih bayi. Tanpa ada kesempatan istirahat, tidur, mendengarkan musik, bersantai. Tak lagi memikirkan kepentingan pribadi, keluarga yang utama. Anak dan suami serta seluruh penghuni rumah menjadi tuannya. Kepentingan pribadi menjadi nomor kesekian.... Semuanya harus sudah siap ketika dibutuhkan. Ketika engkau datang, dia sudah segar kembali, mandi dan sudah wangi. Tak tampak tanda keletihan di wajahnya, agar engkau merasa senang. Hanya demi dirimu. Ketika engkau pulang engkau sudah mendapati semuanya tersedia. Rumah bersih dan harum. Anak-anak mu pun terurus rapi. Makanan, minuman dan cemilan kesukaanmu sudah siap disantap. Tidak kah engkau membayangkan, bahwa makhluk yang engkau pandang lemah mampu melakukannya semua. Setiap hari. Tak ada waktu istirahat atau hari libur. Bahkan dia pun harus tidur lebih malam, menunggu engkau dan anak-anakmu tidur terlebih dahulu. Engkau mungkin masih bisa istirahat, di kantor, di perjalanan, bahkan hari libur pun engkau tidak mau diganggu dengan alasan untuk beristirahat. Tetapi mereka tidak memilikinya. Engkau bahkan tidak mempedulikan kala mereka sakit, engkau tetap menuntut semuanya semua seperti sedia kala. Bahkan dikala mereka hamil anakmu engkau tetap menuntut hal yang sama.
Tidak ada istirahat, dan engkau pun tidak menghargainya sama sekali. Ketika engkau mencoba menggantikan tugasnya diwaktu hari libur, engkau baru merasakan kelelahan, padahal tidak semua tugas engkau gantikan, hanya beberapa saja. Engkau sudah mengeluh. Tidak kah engkau mampu membayangkan semua kesulitan dan kecapekan yang mereka derita... Tetapi engkau malah mengklaim dirimulah paling capek dan harus diperhatikan, dipijat, diurut, dibalsem, dilayani, dll. Tidakkah engkau memikirkan? Siapa sebenarnya yang lebih capek? Tak ada makhluk yang sangat kuat dan hebat dibanding para wanita.
Siap sakit hati
Ketika mereka memutuskan untuk menerimamu sebagai suami, mereka telah siap dengan resiko untuk sakit hati. Mereka tahu dikala masih berkenalan engkau banyak melakukan pura-pura, pura-pura baik, perhatian, sayang, tanggung jawab, dll. Mereka tahu bahwa semua itu engkau lakukan demi menarik hati mereka, dan menaklukkan mereka. Tetapi ketika mereka sudah menjadi isterimu, terbukalah semua belangmu yang selama ini selalu engkau tutupi. Engkau tak mampu membayangkan sakit hati mereka. Dengan janji-janji yang tak pernah engkau penuhi. Engkau selalu mengutamakan hubungan dengan keluargamu sendiri, sementara dengan keluarga isterimu engkau nomor sekiankan. Engkau malas bila diajak pulang ke rumah orang tuanya. Bahkan untuk bertemu saudara-saudaranya. Engkau selalu memenuhi kepentingan dirimu sendiri dengan dalih kepentingan keluarga. Engkau mengharuskan dia melayani segala kebutuhanmu dengan dalih sebagai kepala keluarga, sementara engkau tak pernah berpikir mengenai kebutuhannya. Sekarang engkau tak pernah mendengarkan segala keluhannya, keluhan tentang keluarga, tentang anak-anak, tentag kebersihan dan segalanya. Engkau biarkan jiwa yang dulu kau rayu-rayu menanggung segala beban hidup sendirian. Engkau malah marah-marah jika ada sesuatu yang mereka adukan kepadamu. Engkau malah meminta dia untuk lebih bersabar. Padahal mereka tak akan mengungkapkan keluhan padamu kecuali mereka yang sudah tak sanggup. Engkau bahkan menganggap dia sebagai pembantu mu, pemuas kebutuhan mu dan pendidik keturunanmu. Bagaimana engkau mampu membayangkan beban sakit hati mereka. Mereka engkau paksa mematikan rasa kesakitan hati (yang tak akan mungkin bisa dilakukan). Engkau seakan tuli atas rintihan mereka dimalam-malam hari pada Tuhan Nya. Engkau malah membiarkannya tanpa membantu berbagi seperti janji gombalmu dahulu.
Siap sakit fisik
Tak hanya hati yang engkau serang, bahkan secara fisik pun engkau melukainya. Engkau biarkan dia kecapaian. Engkau memaksa dia melakukan pekerjaan yang tak semestinya. Bahkan sekali waktu engkau bahkan memukulinya dengan alasan mendidiknya. Sungguh engkau telah menimpakan padanya banyak kecelakaan atas dirinya. Banyak kedukaan yang engkau paksa dia untuk menanggung. Engkau bahkan sering melecehkannya di depan saudara-saudara dan kerabatnya. Tak pernahkan engkau memikirkannya!

Mengalah selalu
Tak tahukah engkau dibalik sikap diamnya, dia selalu mengutamakan dirimu atas dirinya. Dia tak pernah mengeluh atas perlakuanmu. Tak pernah merasa kurang atas belanja yang engkau berikan, tak pernah merasa berat atas pekerjaan yang semestinya engkau lakukan. Bahkan untuk makan dan lauk pauk pun dia mengutamakan dirimu. Dia akan mengatakan sudah makan, untuk menutupi kekurangan lauk dari uang belanjamu hari itu. Dia akan mengutamakan keinginanmu dalam membelanjakan keuangan. Dia lebih mengutamakan keinginanmu membeli alat pancing, dibandingkan dengan kebutuhan akan sandang dan pangan yang masih kurang. Dia selalu menyetujui keinginanmu untuk membeli majalah, koran, raket, mainan, dan segala kesenanganmu yang semestinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bahkan dia tak malu untuk merendahkan diri dan mukanya saat harus berhutang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan pokok. Yang engkau bahkan tak pernah ambil pusing atas segala kekurangan itu akibat pemborosan mu. Wahai para suami yang tak punya hati, sampai kapan engkau terus membuat dia mengalah. Sudah fisiknya lemah dan lembut, kau paksa juga hatinya terus mengalah dan kalah. Lahir dan batin dia selalu engkau injak-injak. Tak adakah sedikit waktu untuk merenungkan! Bagaimana jika dia tak ada disisimu selama sehari, seminggu atau sebulan. Tidak kah engkau merasakan besarnya jasa dia. Atau haruskah dia meninggalkanmu selamanya baru engkau merasakannya! Wahai yang hatinya sudah membatu kapankah hatimu akan mencair? Haruskah kematian dia untuk memperingatimu akan kacaunya dirimu?
Beradaptasi
Engkau harus mengakui sadar atau tidak bahwa dia lebih hebat dari engkau? Dia sangat mudah menyesuaikan diri dimanapun engkau mengajaknya. Dia sangat pintar membawa diri dihadapan keluargamu, meski sering mereka meledeknya. Dan bahkan engkau pun tak urung ikut mengiyakannya. Dia selalu siap mendampingimu dimanapun engkau berada, dimanapun pilihan yang engkau tentukan. Sementara pilihanmu itu tak pernah memperhatikan keinginan dia. Keinginan untuk dekat dengan kampung halaman dan keluarganya. Engkau sering memaksa dia untuk menerima keadaan keluargamu, yang bahkan mungkin sangat sering menyakiti dia. Tetapi engkau sangat tidak mau mengerti tentang keadaan keluarga dia. Engkau tak pernah mendengar rintihan dia dalam beradaptasi dengan lingkungan dan keluarga yang engkau paksakan. Sementara dirimu dengan alasan kepala keluarga, alasan jarak, dan segala macam alasan tak mau untuk beradaptasi dengan lingkungan dan keluarga dia. Betapa naif dirimu...
Pendamping seumur hidup
Komitmen dia terhadapmu sangat tinggi. Dia tak pernah mengeluh untuk melayanimu. Di kala susah dan sengsara dia lah yang menjadi penghibur mu dan penguat semangat mu. Saat engkau sakit dialah yang mengurusmu. Saat engkau suntuk di kantor, dia menghiburmu. Bahkan sering menjadi lampiasan kemarahanmu akibat masalah itu. Tetapi dia tetap dewasa dan menerimanya dengan lapang. Di amenjadi penawar dan penyeimbang emosimu agar selalu stabil. Meski dia selalu menjadi pelampias emosi itu. Saat engkau butuh uang, dia memberimu pinjaman. Saat engkau lapar dia yang menyediakan dan menyuapimu. Saat engkau bingung dan tak tahu arah dialah yang memberi saran-saran pemecahan bagi dirimu. Dia juga menyiapkan segala keperluan hidupmu agar menjadi mudah, mulai mandi, makan, pakaian, perlengkapan kerja dan segalanya. Agar semuanya menjadi mudah untuk dirimu. Kini saat engkau sedikit kaya dan berkecukupan, engkau malah menyakiti hatinya. Engkau sering pulang malam dengan alasan tak karuan. Bahkan tak jarang main perempuan. Engkau bahkan membawa-bawa dalih agama dan perasaan untuk memuaskan ego dan nafsumu mencari pendamping kedua. Dengan kelakuanmu seperti itu bahkan engkau sangat tak layak melakukannya. Engkau tak pernah menggubris perasaan hatinya dan segala yang telah dia persembahkan untukmu. Engkau yang tak mengerti agama seakan menjadi seorang ustad dan kiai demi memuaskan syahwatmu. Sungguh betapa bejat dirimu... air susu dibalas air tuba. Madu secawan engkau balas dengan racun segudang. Betapa banyak derita yang engkau timpakan atas dia. Derita diatas derita. Duka dipendam duka. Luka disayat luka...
Duh..........
Hak diabaikan, kewajiban ditambah
Tak tahukah engkau bahwa wanita itu tidak memiliki kewajiban apapun atas engkau selain melayani kebutuhan mu setiap saat. Dia tidak wajib menyiapkan teh atau kopi untukmu. Dia tidak wajib menyiapkan makanan untuk mu. Dia pun tak wajib mencuci dan membersihkan pakaian mu dan rumahmu. Dia tidak berkewajiban bekerja saat engkau tak sanggup memenuhi kebutuhanmu. Dia tak memiliki kewajiban bahkan untuk memberikan air susu untuk anakmu. Engkaulah yang berkewajiban untuk semua itu. Bahkan engkau mestinya membayar untuk setiap tetes air susu yang diberikan untuk anakmu. Engkau tak berhak menuntut lebih dari yang merupakan kewajibannya. Tetapi dia dengan rela melakukannya untuk dirimu, tanpa dipungut biaya, dan menetapkan atas dirinya menjadi bagian dari kewajibannya. Sampai engkau lupa dan terbiasa seakan hal tersebut adalah merupakan bagian dari tugas dan kewajibannya. Sesungguhnya semua hal tersebut adalah merupakan sedekah dan kebaikan dirinya atas dirimu. Alih-alih engkau meringankan tugas dia, engkau malah menambah beban terus atas dia. Engkau paksa dia untuk menerima beban yang semakin hari semakin bertambah, dengan bertambahnya anak, usia dan kebutuhan.
Haruskah perpisahan menyadarkan dirimu.........
Haruskah kematian yang akan membangunkanmu.......
Haruskah tanah kubur yang menghidupkan hatimu......
Apakah engkau menunggu yang tak mungkin kembali.........
Apakah engkau menunggu adzab kubur untuk menyesali...
Apakah engkau menunggu saat siksa tak bertepi yang mengurung untuk memperbaiki diri....
Ilahi..... Hatiku telah tertutup
Dan nafsuku telah melingkupiku
Dan akalku dikalahkan
Dan hawa nafsuku mengalahkan ku
Betapa sedikit ketaatanku
Betapa banyak maksiatku
Lisanku telah tergadai dengan dosa-dosa
Bagaimanakah keadaanku wahai Penutup Aib?
Wahai Yang mengetahui yang gaib?
Wahai Yang menutupi keburukan..
Ighfiir Dzunuubi Kullaha..
Demi kemuliaan Muhammad dan keluarganya
Ya Ghaffar Ya Ghaffar Ya Ghaffar
Birohmatika ya Arhamar Rahimin

Friday, May 2, 2008

Penyumbat Saluran Rezeki
KH Abdullah Gymnastiar

Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan- Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.

Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?

Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.

Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq h penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.

Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.

Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah iada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.

Monday, April 7, 2008

Kenapa kita tidak iri?
oleh: Kholil Misbach Lc
Iri atau Hasad tidak semua jelek, bahkan ia menjadi amalan baik jika iri tersebut dalam hal berlomba-lomba kebaikan. dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1350

Dalam Hadits di atas iri itu dilarang semua kecuali dalam kebaikan, yaitu iri terhadap orang yang diberikan Al Qur'an lalu mengamalkannya. orang yang diberi Al Qur'an adalah orang yang paling kaya, ia telah diberi kalam Allah yang terbaik di dunia. ialah kitab yang akan mengangkat sebuah kaum karena memuliakannya dan merendahkan kaum yang mengingkarinya.

satu ayat dalam Al Qur'an bahkan satu potongan ayat, mengandung kebaikan yang tiada tara. renungkanlah firman Allah: Fastabiqul Khairat (berlomba-lombalah dalam kebaikan), ia merupakan potongan ayat. Jika semua orang mukmin mampu mengamalkan satu potongan ini, alangkah indahnya dunia ini. Bagaimana jika mereka mengamalkan seluruh Al Qur`an. Subhanallah.

Golongan kedua yang kita boleh iri adalah orang yang diberi harta lalu ia menginfakkannya di waktu malam dan petang. Sungguh hadits ini mengajarkan umat Islam untuk kaya lalu menjadi orang yang ahli sedekah tidak takut miskin. Kalau orang yang kaya tidak bersedekah lalu apa bedanya ia dengan orang-orang miskin. bedanya mungkin hanya penampilan dan cara makan, padahal sesungguhnya Allah tidak melihat penampilan dan bodi seseorang, yang Ia lihat adalah ketakwaan seseorang.

yang dilihat Allah bukanlah jumlah nominal harta yang disedekahkan tapi yang Ia lihat adalah prosentase dan keikhlasan dalam bersedekah. ada orang yang bersedekah 10 ribu rupiah sama pahalanya dengan yang bersedekah 1 juta rupiah. karena apa? karena orang yang bersedekah 10 ribu, ia hanya mempunyai uang 20 ribu, sedangkan orang yang bersedekah 1 juta mempunyai uang 2 juta. sejelek-jelek orang adalah orang kaya yang punya triliunan rupiah akan tetapi tidak seribupun keluar uangnya dalam kebaikan. Wallahu A'lam.

Saturday, April 5, 2008

IMAN DAN AMAL BAIK

Wahai saudaraku! Iman seseorang bisa naik dan turun, ia akan naik dengan ketaatan dan berkurang dengan dosa-dosa dan maksiat-maksiat. hal ini sesuai dengan hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman. HR. Muslim

Saudaraku! Kemaksiatan selain dapat mengurangi iman seseorang, ia juga menyebabkan kemunafikan.
Hadis riwayat Abdullah bin Amru ra., ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. Apabila berbicara ia berbohong, apabila bersepakat ia berkhianat, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila bertikai ia berbuat curang. HR. Muslim

Saudaraku yang dirahmati Allah! Janganlah anda cepat-cpat dan buru-buru menuduh kafir orang lain! hal ini diperingatkan oleh hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: Apabila seseorang mengafirkan temannya, maka ucapan (yang mengafirkan) itu benar-benar kembali kepada salah seorang di antara keduanya (yang mengatakan atau yang dikatakan) HR. Muslim.

Kita sebagai seorang muslim juga wajib menjaga hak-hak kedua orang tua, Allah juga melarang kita membenci mereka apapun alasannya. hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw hadis riwayat Abdurrahman bin Abu Bakrah ra., ia berkata: Kami sedang berada di dekat Rasulullah saw. ketika beliau bersabda: Tidak inginkah kalian kuberitahu tentang dosa-dosa besar yang paling besar? (beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali) yaitu; menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua dan persaksian palsu. Semula Rasulullah saw. bersandar, lalu duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya itu, sehingga kami membatin: Mudah-mudahan beliau diam. HR. Muslim

semoga bermanfaat

Amin

Friday, March 14, 2008

ISLAM MENGHUJAT FITNA
oleh: Kholil Misbach, Lc
Islam sepanjang sejarah selalu meneripa rongrongan dan intimidasi dari musuh-musuhnya, berita penghinaan Nabi saw sudah mulai sejak beliau saw menyebarkan risalah hingga pemuatan karikatur di Denmark. hujatan terhadap Islam dan Al Qur`an juga selalu ada diprakarsai oleh Abu Jahal dan Abu Lahab lalu diikuti oleh Geert Wilders.
Gert Wilders seorang sutradara film Dokumenter Belanda mulai berani menohok Islam secara terang-terangan, sebentar lagi filmnya yang menentang Islam dan Al Qur`an akan ditonton oleh khalayak ramai. dijadwalkan film tersebut diputar tanggal 28 Maret mendatang. Seakan-akan film itu sebagai tantangan dunia Islam yang sedang asyik bercengkrama di KTT Islam di Dakka, Senegal.
menurut hemat saya, Film ini didasarkan tidak dari fakta realita, akan tetapi lebih didasari oleh rasa Subyektifitas sang sutradara, apalagi ia dikabarkan telah menjadi agen Mosad di Belanda, dan telah berkunjung 40 kali ke Israel, jadi kebencian dirinya terhadap Islam (islamophobia) dan ambisi pribadinya serta pembelaan terhadap kepentingan Barat dan Israel telah menjadikan dirinya dihujat oleh Islam yang selalu tinggi dan tidak ada yang mampu merendahkannya. Wallahu A'lam.

JAKARTA- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama pemuka agama di Indonesia menolak rencana Geert Wilders (45), anggota Parlemen Belanda dari Partai Kebebasan, yang akan memutar film "Fitna" pada Maret 2008. ”Kami komunitas umat beragama Indonesia menolak pemutaran film yang kabarnya berisikan hujatan terhadap agama Islam dan Alquran, kitab suci umat Islam,” ujar Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di gedung PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat, Kamis (13/03).Pernyataan sikap dan surat terbuka yang ditujukan kepada Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende itu, ditandatangani KH Hasyim Muzadi (PBNU), Din Syamsuddin Ketua Umum PP Muhammadiyah, dan Mgr MD Situmorang (Konfrensi Wali Gereja Indonesia), Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia Pdt AA Yewangoe.
MenyakitkanDia menegaskan, pemutaran film itu dipastikan sangat menyakitkan perasaan umat Islam dan dapat menciptakan ketegangan baru bagi peradaban dunia, termasuk antara pemuka agama. ”Dengan pertimbangan ini kami berharap pemerintah Kerajaan Belanda dapat berusuha secara maksimal mencegah pemutaran film dan penyebarannya.”Sejak Rabu (12/3), PBNU melakukan pertemuan dengan pemuka agama untuk menyikapi rencana ditayangkannya film berjudul ”Fitna” yang dibuat oleh pemimpin sayap kanan Belanda, Geert Wilders yang menggambarkan Alquran sebagai sumber kekerasan.Hasyim menjelaskan, permasalahan itu dibicarakan bersama seperti kasus-kasus yang berhubungan antaragama lainnya yang terjadi di Indonesia. ”Kalau dibicarakan bareng-berang nanti selesainya bisa cepat,” katanya.Geert Wilders, yang juga pendiri Partai Kebebasan, partai sayap kanan yang atheis dan antiimigran telah menawarkan film tersebut ke sejumlah stasiun teve di Belanda, namun semuanya menolak. Dia akan menyayangkan film berdurasi 15 menit itu di jaringan internet.
MembuangSitus resmi Wilders belum menampilkan apa-apa, hanya terdapat cover Alquran dengan tulisan Fitna coming soon. Sekitar 24 video yang terkait dengan film itu berada di Youtube, termasuk wawancara Wilders, pemain sekaligus sutradara dari film dokumenter ini. Dalam trailer film, Wilders memberikan komentar tentang Alquran dan di akhir trailer, politisi kelahiran 6 September 1963 itu membuang Alquran ke atas meja. Film itu juga akan mengikutkan animasi kartun Nabi Muhammad SAW. Pemerintah Belanda kini disibukkan dengan masalah itu dan telah mengumpulkan 43 dubes dari negara-negara muslim serta memerintahkan ke dubesnya di seluruh dunia untuk mengurangi dampak yang mungkin timbul. Jaksa Agung Amsterdam telah menyelidiki kemungkinan menyeret anggota parlemen itu ke pengadilan karena pernyataan terbukanya yang berisi hasutan. Jika sampai lolos, lanjut Hasyim, dikhawatirkan muncul saling tuding antarumat beragama di Indonesia dan bisa membahayakan kerukunan. ”Jadi jangan sampai saling tuding, bahwa ini upaya penganut agama tertentu.”Pemerintah Indonesia, kata dia, juga diharapkan membuat sikap tegas dan mencegah penyebaran film itu. ”Kalau, sampai menyebar lewat internet kan repot,” ujarnya. (di-46)

Fitna is a film created by Dutch politician Geert Wilders that will offer a critical view on the world of Islam and the Koran. It is expected to be released on March 28 2008[3]. The name comes from the Arabic word Fitna which is used in Islam to describe "disagreement and division among people" or, a "test of faith in times of trial" [4]. (Originally the word was used to describe testing the authenticity of gold with varying methods.)
At the moment it is unclear who will publish the final film to the public, but Wilders has stated he will make the film available for free through

Friday, January 18, 2008

JANGAN PUTUS ASA

kholil Misbach, Lc

Sesungguhnya tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah kecuali orang2 Kafir. al ayat

Memang tidak semua keinginan manusia tercapai secara keseluruhan, semakin banyak keinginan semakin besar kemungkinan ia dapat dan semakin besar ia gagal. ayat diatas menunjukkan kepada umat manusia untuk tidak putus asa.

Kkeputus-asaan hanya menyebabkan kesedihan pada si empunya. Bahkan akan dapat membunuh karakter diri sendiri. Lihatlah sikap nabi Ibrahim, walaupun ia sudah tua tetapi tidak putus asa untuk memiliki anak, hingga Allah memberikan karunia tersebut disaat ia tua. begitu juga dengan nabi Zakaria, ia mendambakan anak ketika tua, hingga Allah memberikan rahmat kepadanya dengan mengaruniakannya Yahya.

Hidup ini memang tidak untuk berpesta maupun meratap, akan tetapi hidup ini adalah untuk mengukir prestasi di dunia sebaik mungkin. tidak ada satu tim besarpun yang tidak pernah kalah, akan tetapi tim besar ini selalu menjadikan kekalahan sebagai ajang evaluasi dan berbuat baik di masa berikutnya. Wallahu A'lam