Monday, October 20, 2008

Upaya pencegahan HIV/AIDS Gagal

sungguh ironis bangsa Indonesia. umat Islam terbesar di dunia tetapi banyak sekali orang mengidap penyakit AIDS yang diakibatkan oleh free sex, kita simak artikel republika berikut.

Upaya Pencegahan HIV/AIDS Gagal

JAKARTA (Republika 14 oktober 2008) — Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Nafsiah Mboi, mengatakan, upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia telah gagal. Kegagalan itu menurutnya terjadi pada pencegahan lewat seks karena, perilaku berisiko tinggi masih saja tetap sama.


"Upaya pencegahan kita'sudah gagal karena terbukti perilaku seksual ma-syarakat kita masih saja menghindari kondom. Itu sebabnya prevalensi HIV terus naik," kata Nafsiah Mboi dalam peluncuran 'Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2007' di Jakarta, Senin (13/10).


"Kita harus akui bahwa kita telah gagal mencegah laju prevalensi HIV, tapi kita bisa perbaiki itu," kata Nafsiah lagi.

Nafsiah memaparkan, berdasarkan perkiraan Departemen Kesehatan, pada tahun 2002, jumlah pengidap HIV di In¬donesia sebanyak 110 ribu orang. Lalu, di tahun 2006, naik menjadi 193 ribu orang. Tahun 2007-2008, angka itu di-taksir naik hingga 270 orang atau seki-tar 0,16 persen dari populasi nasional.


Menurut Nafsiah Mboi, bila pence¬gahan pertumbuhan angka pengidap HIV gagal, biaya penyembuhan tentu-nya akan membengkak, "Tahun 2008 saja, pemerintah menganggarkan se-kitar 70 miliar rupi-ah untuk pengidap HIV."

Nafsiah juga menuturkan bahwa pro¬gram penanggulangan HIV/AIDS harus bisa mengubah norma yang berlaku umum di masyarakat tentang bagai-mana lelaki jantan' itu. "Lelaki. jantan seharusnya bisa menjaga kesehatan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya," tutur Naf¬siah Mboi.

Selain perubahan norma, Nafsiah juga mendesak agar program-program penanggulangan HIV/AIDS menguta-makan pendekatan kepada generasi muda. "Ini karena fakta di lapangan menun-jukkan bahwa 38 persen lelaki penyuka lelaki adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Waria juga fnemiliki 30 persen yang berusia 15 hingga 24 ta¬hun. Presentase yang sama juga terjadi bagi pengguna napza (narkotika, psi-kotropika, dan zat aditif) suntik atau yang disingkat menjadi penasun," paparnya.

Menurutnya, kini harus betul-betul ada kesepakatan bahwa pencegahan. HIV/AIDS dari generasi muda oleh generasi muda dan untuk generasi muda haruslah digalakkan. a ant

Catatan :

1. Pengidap HIV/AIDS paling banyak di Bali dan Papua, provinsi yang menyatakan akan melepaskan diri dari NKRI jika UU Pornografi diberlakukan.

2. Para pendukung dan pelaku pornografi dan pornoaksi selalu menyalahkan pihak 'lelaki jantan' karena tergugah nafsunya melihat pornografi dan pornoaksi yang sengaja mereka eksploitir untuk membangkitkan gairah mereka.

3. Sebuah pertanyaan : Mengapa para pendukung RUU Pornografi cenderung mengalah pada tekanan mereka yang menolak RUU tersebut ?

4. Mengapa Nafsiah Mboi tidak secara jelas bahwa kegagalan pencegahan HIV/AIDS karena kekuatan yang merusak dan pemerintah tidak mampu melindungi rakyatnya dari kekuatan perusak itu? Ia hanya menyalahkan 'lelaki jantan' yang dirusak oleh informasi porno tanpa dapat memberikan jalan keluar.

5. Menurut saya, HIV/AIDS adalah penyakit hukuman dari Allah SWT meskipun terkadang yang terkena adalah mereka kaum istri yang baik atau anak-anak kecil yang tidak berdosa namun harus menanggung derita karena perbuatan para 'lelaki jantan.' dan para pengumbar pornoaksi dan pornografi.